Minggu, 21 Juni 2009

Dokter THT (2)

Di antara ciptaan Allah Swt. yang paling jujur adalah hati. Dalam bahasa ilmiahnya disebut intuisi. Menurut aliran filsafat timur, intuisi atau hati termasuk salah satu sumber ilmu pengetahuan. Keistimewaan hati sebagai sumber ilmu pengetahuan adalah bahwa ia mampu memahami banyak hal yang tidak bisa dipahami oleh akal. Memang, akal bisa menguasai seribu cabang ilmu, tetapi tentang dirinya sendiri, ia tidak tahu apa-apa. Akal sangat berguna sebagai sumber ilmu, tetapi hanya sebagai kecakapan intelektual atau kecerdasan intelgensi. Akal sering dibuat tidak berdaya terhadap persoalan-persoalan hidup yang lebih dalam, yang menyangkut sisi kehidupan emosional manusia. Ketika dihadapkan pada persoalan cinta, misalnya, akal tidak bisa berkata apa-apa. Pikiran kita akan menjadi buntu dan lidah menjadi kelu. Dengan kata lain, akal tidak mengerti banyak tentang pengalaman-pengalaman eksistensial, yaitu pengalaman yang secara langsung kita rasakan, dan bukan seperti yang kita konsepsikan. Hanya hati atau intuisilah yang mampu melakukannya.
Akal dengan kebiasaannya meraung-raung (spatilize) apa pun yang menjadi objeknya. Ia (akal) cenderung memahami sesuatu secara general atau homogen sehingga tidak mampu mengerti keunikan sebuah "momen" atau "ruang" sebagaimana yang dialami secara langsung oleh seseorang. Bahwa setiap saat dari kehidupan kita itu unik, sulit dimengerti oleh akal karena bagi akal, satu menit di sini akan sama saja dengan satu menit di mana pun juga. Tetapi bagi hati, tidaklah demikian, sebab satu jam bagi orang yang menunggu, itu tidak sama dengan satu jam bagi orang yang ditunggu. Sehingga, dalam kisah bercinta kita sering mendengar ungkapan bahwa orang yang sedang menanggung rindu itu merasakan, satu menit laksana satu jam, satu jam bagaikan satu hari, satu hari seperti satu minggu, satu minggu seakan-akan satu bulan, dan begitulah seterusnya.
Di sini saya sengaja berbicara masalah akal dan hati, karena berkaitan erat dengan kisah Ki Bandos Nyantri. Di mana pada episode yang lalu (Dokter THT 1), Ki Bandos telah menceritakan kepada kita bahwa, kebahagiaannya dalam menjalin asmara dengan Yayah Holiyah, berganti menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan hatinya. Bahkan katanya, menyesakkan dadanya. Nah, apakah Ki Bandos akan menggunakan akal dan hati nuraninya itu, demi untuk meraih kembali gadis pujaannya, ke pangkuannya? Atau mungkinkah dia akan mampir ke dukun santet atau dukun pelet, yang sekiranya dapat mengajarkan ilmu pengasihan kepadanya? Atau barangkali juga dia akan menggunakan ilmu rayuan gombalnya, supaya Yayah Holiyah tetap lengket, pada dirinya? Baiklah, sekarang kita dengarkan saja kisahnya berikut ini. Silakan Ki Bandos .... !
Okey Om Syekh ...!
Wah ... ternyata merayu pun ada ilmunya, ada teorinya, ada tatacaranya, ada rumusnya, yang disebut Ilmu Rayuan Gombal, sebagaimana yang dikatakan oleh Om Syekh tadi. Kalau begitu gurunya pun, juga pasti ada. Sebab, setiap cabang ilmu, itu pasti ada orang yang mengajarkannya, yang dinamakan Guru, atau Dosen, atau Kiyai, dan lain sebagainya. Sehingga kita sering mendengar istilah: Guru Matematika, Guru Bahasa Indonesia, Guru Bahasa Inggris, dan kemungkinan juga Guru IRG, yaitu Guru Ilmu Rayuan Gombal.
Kalau memang benar-benar ada, seorang guru yang mau mengajarkan ilmu rayuan gombal, malah kebetulan sekali. Aku pasti akan mendaftarkan diri untuk menjadi muridnya, supaya aku bisa merayu si dia, karena sampai saat ini aku masih kangen banget kepada gadis yang namanya Yayah Holiyah itu. Akan tetapi, karena tidak mungkin ada seorang guru pun yang mau mengajarkan ilmu rayuan gombal, maka tidak usah dicari, sebab sampai kapanpun tidak akan ketemu.
Sebenarnya, pada kali ini aku ingin menceritakan kelanjutan kisah cintaku dengan Yayah Holiyah, tetapi, karena dalam mukaddimah Om Syekh tadi ada kalimat yang menarik untuk dibicarakan, yaitu " ... kehidupan kita itu unik ...." , maka aku juga akan ikut-ikutan bicara. Aku punya pengalaman yang menarik, yang apabila aku uraikan pasti Om Syekh akan cemburu padaku. Ceritanya begini.
Kemarin lusa, Om Syekh berjanji akan memberi hadiah kepadaku, sebagai tanda terimakasih, karena kisah tentang diriku sebagaimana yang aku ceritakan pada opisode Dokter THT 1, sudah ada yang membuka dan kemungkinan juga sudah dibaca sejak awal sampai akhir. Di samping itu Om Syekh juga merasa gembira karena saudaranya yang berdomisili di Jakarta berkenan menjadi pembaca setia Kisah Ki Bandos Nyantri. Kalau Anda ingin tahu, silahkan lihat fotonya yang ada di sebelah kanan atas, yang sedang mejeng tuh ....!, dan jangan lupa di klik yaa ... , pasti dijamin seru deh ...!
Sebagai orang yang akan menerima hadiah, tentu saja hatiku merasa bangga dan gembira. Bangga, karena kerja kerasku tidak sia-sia. Gembira, karena aku akan menerima hadiah yang tak pernah kuduga. Dan aku pun dengan segera, merencanakan membeli barang-barang yang aku butuhkan. Beli ini dan itu. Beli sepeda baru yang termahal. Beli HP yang terkini biar aku bisa SMS-an sama Yayah Holiyah, dan lain sebagainya. Pokoknya barang-barang yang akan kubeli, aku catat semua, kutulis di atas kertas yang bagus dengan tulisan yang bagus pula. Sejak dari nama barang, type barang, sampai harganya pun semua aku catat dengan rapih, supaya nanti ketika aku di toko atau di pasar, tidak ada yang lupa.
Sambil menunggu datangnnya hadiah yang dijanjikan Om Syekh, aku pun pergi berjalan-jalan ke rumah teman, saudara, dan seluruh kenalanku, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan terhadap orang yang belum aku kenal pun, aku berpura-pura sudah kenal akrab, supaya aku bisa ngobrol dengan mereka dan menceritakan apa pun yang aku mau. Dengan penuh bangga aku berkata kepada mereka : "Di desa ini, tidak ada seorang pun yang punya HP paling bagus dan paling mahal, selain diriku". Dan mereka pun percaya terhadap ucapanku itu, karena aku tidak pernah berkata bohong pada mereka, kecuali sedikit ditambah sedikit dan ditambah sedikit lagi. Hehehe ....! Ketika temanku bertanya : "Mana HP mu?", lalu kujawab "Tunggu saja tanggal mainnya, yang jelas tidak lama lagi aku akan punya HP baru".
Demikianlah aku berkata kepada setiap orang yang kujumpai, di rumah maupun di jalan, dengan penuh keyakinan dan kebanggaan. Buku telepon pun sudah kusediakan, untuk mencatat semua nama-nama temanku, berikut nomor HP-nya masing-masing, supaya nanti kalau HP-nya sudah ada, aku dapat dengan segera memberitahukan kepada mereka.
Namun, betapa kecewanya hatiku, ketika aku tahu, bahwa hadiah yang akan diberikan oleh Om Syekh itu, bukanlah berupa uang dan bukan pula berupa barang, melainkan berupa sebuah huruf, hanya satu huruf, di mana satu huruf itu katanya akan ditambahkan pada namaku. Om Syekh berakata kepadaku: "Sebagai hadiah, namamu kutambah satu huruf ...". Dengan berat hati aku berkata. "Huruf apa?" , tanyaku sambil menahan emosi. Lalu Om Syekh menjawab : "Huruf 'a' ..." "Terus ...?", tanyaku lagi. "Mulai hari ini ... ", kata Om Syekh, "kamu bernama Bandosa ..."
Sambil menyembunyikan rasa kecewa yang sangat mendalam, aku pun bertanya kepada Om Syekh, tentang arti dan makna serta tujuan dari huruf yang akan ditambahkan pada namaku itu. Kataku : "Yaa Om Syekh, apa maksudmu ... merubah-merubah namaku ...dengan menanmabhkan huruf 'a' pada namaku?". Dengan santai Om Syekh menerangkan kepadaku. Lalu ia berkata : "Supaya kamu banyak manfaatnya sebagaimana bandosa. Sebab Bandosa itu artinya kapuraga. Sedangkan Kapuraga adalah nama sebuah tempat atau alat untuk membawa orang yang sudah tidak bernyawa, yaitu orang mati, alias mayyit ...".
"Yaa Allah ..., yaa Robbi .... yaa Kariim ...!", demikianlah hatiku berseru menyebut nama Tuhanku, Dzat Yang Maha Mengetahui segala seuatu. Yang Ilmu-Nya meliputi yang dhohir dan yang bathin. Aku tidak pernah mengira, bila hadiah yang akan diberikan Om Syekh itu, hanya berupa sebuah huruf, di mana huruf itu aku sendiri sudah punya, bahkan lebih banyak daripada apa yang akan diberikan oleh Om Syekh kepadaku.
Kejadian ini merupakan kejadian yang sangat mengecewakan dan memalukan bagi diriku, karena hadiah yang dijanjiikan Om Syekh tidak sesuai dengan harapanku, sehingga harapan-harapanku untuk membeli HP baru, tak mungkin terwujud sama sekali. Aku pun merasa malu kepada teman-temanku yang pernah aku beritahu beberapa waktu yang lalu. Lebih-lebih ketika teman-temanku itu menanyakan HP yang akan aku beli. Yang paling menyakitkan hatiku adalah penghinaan dan sindirian mereka terhadap diriku. Di antara mereka ada yang berkata : "Bandos, HP-mu bagus sekali ...", dan ada juga yang berkata : "Gak punya uang pinginnya beli HP yang bagus", dan semua perkataan dan ucapan yang tidak enak didengar dan menyakitkan hati. Kalau boleh piinjam istilah ....., pikiranku pusing seperti diaduk-aduk angin puting beliung.
Pada saat aku merenungkan nasib diriku, terbersit dalam pikiranku, akan kenangan indah yang pernah kualami, ketika aku pertama kali menjalin hubungan cinta dengan Yayah Holiyah.

(Bersambung)!

Tidak ada komentar: