Selasa, 09 Juni 2009

Makna Di Balik Kisah

Di balik kisah Ki Bandos Nyantri, khususnya pada episode Dokter THT, terkandung makna yang sangat dalam yang tidak mudah dipahami. Misalnya, mengenai perkataan Ki Bandos : " ... Aku disuruh bercerita tentang pengalamanku yang pernah kualami pada beberapa puluh tahun yang lalu ....". Pendekatan maknanya adalah : " .... Aku disuruh membaca buku catatan amal perbuatanku yang telah aku lakukan ketika aku hidup di dunia ..." Bila kata "Aku", diganti dengan kata "manusia", dan kata "disuruh" diganti dengan kata "akan", maka kalimat tersebut menjadi : " .... Manusia akan membaca buku catatan amal perbuatannya yang telah ia lakukan ketika hidup di dunia ..."
Maksud dan tujuan kalimat tersebut, adalah : Ki Bandos memberitahukan kepada kita bahwa kelak di alam akhirat semua manusia akan menerima buku catatan amal perbuatannya masing-masing. Oleh karena setiap manusia akan menerima dan membaca buku catatan amal perbuatannya sendiri, maka hal (keadaan) ini dipahami oleh Ki Bandos sebagai suatu keadaan yang seakan-akan mereka menceritakan amal perbuatannya sendiri yang telah mereka lakukan ketika hidup di dunia.
Kata Ki Bandos : " ..., tepatnya sekitar tahun 80-an", sebagai gambaran jarak antara kehidupan alam dunia dengan kehidupan alam akhirat yang tidak terlalu jauh, artinya dekat. Di samping itu, Ki Bandos juga membuat suatu perkiraan mengenai umur manusia, yaitu rata-rata 80 tahun. Dengan umur 80 tahun itu, bila dibandingkan dengan umur kehidupan di alam akhirat sungguh tidak ada artinya samasekali. Karena kehidupan alam akhirat adalah bersifat kekal abadi, sedangkan kehidupan alam dunia bersifat sementara. Kemudian, kata Ki Bandos : " ..., di mana pada saat itu aku masih duduk di bangku sekolah, ..." "Bangku sekolah", adalah tempat belajar dan mencari ilmu, dengan ilmu itu manusia memperoleh kesempatan untuk mewujudkan cita-citanya, yaitu hidup sejahtera, bahagia lahir dan batin. Begitu juga alam dunia ini, yaitu sebagai tempat untuk mewujudkan cita-cita dengan cara beribadah dan beramal sholeh, dengan kata lain sebagai tempat bercocok tanam, agar kelak di hari kemudian mendapat kebahagiaan dan kesejahteraan abadi. Dengan demikian, "alam dunia" adalah laksana "bangku sekolah". Lalu " ... di mana pada saat aku masih duduk ....", kalimat ini mengandung makna bahwa selama manusia masih hidup di dunia, mereka masih memiliki kesempatan yang luas untuk melakukan sesuatu yang sekiranya dapat menyelamatkan dirinya, sebagimana seorang siswa yang masih duduk di bangku sekolah dalam pengertian masih belajar, mereka memliki kesempatan yang luas untuk memperdalam berbagai macam bidang ilmu pengetahuan.
Kata Ki Bandos : " ... di sebuah SMP Neger Serang Banten." SMP Negeri Serang Banten adalah nama sebuah lembaga pendidikan milik pemerintah yang telah dikenal oleh masyarakat. Ini berarti keberadaan lembaga pendidikan tersebut memang benar-benar ada. Hal ini sebagai analogi tentang keberadan alam dunia yang keberadaanya tidak pernah ada yang mengingkari.
Kemudian, kata Ki Bandos : "Sebenarnya aku keberatan untuk menceritakan pengalamanku itu...". Kalimat ini sebagai gambaran tentang keadaan manusia kelak di alam akhirat pada saat mereka menerima buku catatan amal perbuatannya. Di antara mereka ada yang senang dan ada pula yang susah. Oleh karena segala ketentuan tetap berlaku pada saat itu, maka semua manusia, suka atau tidak suka, tetaplah mereka menerima catatan amal perbuatannya itu. Situasi yang semacam ini digambarkan dalam kalimat " ... tetapi oleh karena Om Syekh selalu membujukku supaya aku bersedia untuk menceritakannya, ya apa boleh buat, ..." Kalimat "... ya apa boleh buat ... ", adalah gambaran tentang rasa keputus-asaan orang-orang yang kurang beruntung.
Selanjutnya Ki Bandos berkata : "... yang penting kisah pengalamanku itu bisa tampil di internet". Internet adalah salah satu media elektronik tercanggih saat ini yang kehebatannya tak purlu aku terangkan. Kalimat sebagaimana dikatakan Ki Bandos tadi, mengandung makna bahwa segala amal perbuatan manusia ketika di dunia akhirnya akan diketahui juga oleh orang lain kelak di alam akhirat, karena mereka saling menceritakan amal perbuatannya, baik salah maupun benar.
Itulah makna yang terkandung dari kisah Ki Bandos Nyantri, episode Dokter THT 1, bait ke-1. Dan sebagai misal yang kedua, marilah kita ambil bait terakhir dari episode Dokter THT1, yaitu : "Namun, di sini bukanlah tempatnya dan bukan pula waktunya untuk berandai-andai, karena semuanya sudah terjadi. Biarlah lidah mengatakan "tak perlu disesali", meskipun hati berkata "Oh ... sungguh berat sekali".
(Bersambung)

Tidak ada komentar: