Senin, 10 Agustus 2009

ANALOGI CINTA 2

Kemudian, mengapa saya mengatakan bahwa kita sama sekali tidak dibenarkan mengkambing-hitamkan orang lain, apalagi menyalahkannya? Karena, segala sesuatunya bersumber dari hati sanubari dan diri kita sendiri. Pada saat dicinta misalya, hati kita akan merasakan bahagia bilamana di dalam hati kita ada rasa cinta. Sebaliknya, jika tidak ada rasa cinta, maka meskipun seribu orang mencintai dan meyayangi diri kita, hati kita tidak akan merasakan kebahagian apa pun juga. Itulah yang dimaksud dengan segala sesuatuya bersumber dari hati sanubari dan diri kita sendiri. Hal ini dapat diumpamakan segelas air madu dengan lidah kita. Bila lidah kita dalam keadaan normal, tentulah akan terasa manis dan lezat, tetapi kalau lidah kita dalam keadaan tidak normal (abnormal), maka dipastikan tidak akan dapat merasakan manisnya madu tersebut. Nah, kalau dalam kenyataannya lidah kita sendiri yang abnormal, mengapa kita harus menyalahkan orang lain? Lantas, bagaimana kalau gelas tadi berisi racun atau ampedu misalnya? Dari sini pun dapat dimengerti bahwa yang dapat merasakan atau mengetahui isi gelas itu adalah racun atau ampedu, hanyalah lidah yang normal, sedangkan lidah yang abnormal tidak akan dapat merasakannya sebagaimana ketika ia (lidah) mencicipi air madu. Dengan demikian lidah yang normal adalah lebih baik dari pada lidah abnormal. Maksudnya, lebih baik memiliki rasa cinta, meskipun tidak ada seorang pun yang mencintai diri kita, dari pada banyak orang yang mencintai diri kita, tetapi di dalam hati kita tidak ada rasa cinta. Sebab, hati yang tidak memiliki rasa cinta adalah kematian, sedangkan hati yang memiliki rasa cinta adalah kehidupan. Kehidupan adalah lebih baik daripada kematian.

Memang, menyalahkan diri sendiri adalah termasuk pekerjaan yang sangat sulit dan maha berat, tidak mudah dilakukan. Penulis pribadi selama puluhan tahun sampai sekarang belum bisa melakukan hal itu. Sedangkan mengkambing-hitamkan dan menyalahkan orang lain, teman, pacar, suami, isteri misalnya, adalah termasuk pekerjaan yang paling mudah dan gampang, kapan saja bisa kita lakukan. Namun, hendaklah diingat, bahwa perbuatan menyalahkan orang lain itu adalah termasuk perbuatan yang sangat merugikan diri kita sendiri di samping dapat menyakiti hati orang lain. Pertama, kita tidak akan pernah mengerti tentang kesalahan, kelemahan dan kekurangan diri kita, karena orang yang menyalahkan orang lain itu biasanya menganggap dirinya paling benar, lebih baik dan sebagainya, sehingga diri kita pun akan menghadapi kesulitan di dalam melakukan perbaikan dan meningkatan kwalitas hidup yang lebih bermanfaat dan berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lian. Kedua, secara tidak langusng mengajari orang lain membenci diri kita. Kalau hanya membeci diri kita itu mendingan, tapi bahayanya kalau dia sampai membenci orang lain yang tak bersalah, tentulah akan berakibat lebih berat. Ketiga, dapat menyebabkan sirnanya benih-benih cinta yang kita miliki, karena menyalahkan seseorang itu biasanya didorong oleh rasa tidak suka (benci). Sifat benci dan sifat cinta adalah dua sifat yang berlawanan, yang tidak mungkin dapat bertemu dalam satu waktu dan tempat, perumpamaanya seperti siang dan malam. Dengan demikian tanpa di sadari kita telah menanamkan bibit-bibit kebencian ke dalam hati kita sendiri. Keempat, akan menimbulkan berbagai macam penyakit hati, seperti hasud, takabbur, riya, dan suka mencari-cari kesalahan orang lain. Kelima, kita tidak akan dapat merasakan manisnya cinta, karena hati kita sudah dipenuhi rasa kebencian. Keenam, hidup kita akan selalu diselimuti oleh rasa resah dan gelisah, tidak ada ketentraman hati, karena orang yang kita persalahkan cepat atau lambat akan melakukan pembalasan kepada kita baik berupa perbuatan maupun perkataan, Ketujuh, dapat mengikis habis sifat jujur yang ada pada diri kita, yaitu jujur dalam menilai diri sendiri dan jujur dalam menilai orang lain, padahal sifat jujur ini adalah merupakan salah satu syarat utama untuk bisa jejer, yaitu terjalinnya hubungan yang harmonis antara yang satu dengan yang lainnya, baik dalam kehidupan berumah tangga, bermasyarakat maupun berbangsa dan bernegara.

Itulah di antara akibat yang akan kita terima/derita bilamana kita sering kali menyalahkan orang lain. na'udzu billaahi min dzaalik.  Maka salah satu cara  supaya kita tidak mudah menyalahkan orang lain, ialah  hendaklah kita berpegang/berpedoman pada dua kata, yaitu PLUS dan MINUS. Plus dalam arti tambah, lebih atau kelebihan. Minus dalam arti kurang atau kekurangan. Plus kita gunakan untuk melihat kelebihan orang lain, sedangkan Minus kita gunakan untuk melihat kekurangan diri kita sendiri. Apabila kita mau bersikap jujur dan adil, tentulah kita akan mengetahui dan mengerti bahwa teman kita, saudara kita, pacar kita, suami kita, isteri kita dan lainnya, disamping ada kekurangannya juga pasti memiliki banyak kelebihan (plus). Begitu juga ketika kita menilai diri kita sendiri, disamping ada sedikit kelebihan, juga pasti banyak kekurangannya (minus), baik dalam masalah ilmu, amal perbutan, perilaku, kedudukan, harta kekayaan maupun lainnya. Dengan cara demikian, Insya Allah,  hawa nafsu kita, ego kita, kekerasan hati kita,  kesombongan kita, dengan mudah  akan dapat kita tundukkan dan kita kendalikan, sehingga kita pun tidak akan terlalu sulit untuk menghomati dan menghargai orang lain. Apabila kita sudah terbiasa menghormati dan menghargai orang lain dalam arti yang sebenarnya, yaitu dengan setulus hati, semata-mata karena mengharap ridlo Allah SWT., maka dengan sendirinya diri kita akan terhindar dari sifat-sifat yang tercela, misalnya: hasud, takabbur, buruk sangka, pengumpat, dan sebagainya. Dan dengan sendirinya pula sifat-sifat terpuji akan menghiasi diri kita. Misalnya, sabar, jujur, lapang dada, andap asor, selalu berbaik sangka  terhadap orang lain, dan lain sebagainya. Sehingga ketika kita melihat teman kita melakukan suatu  perbuatan yang tercela, mencuri misalnya, maka kita  pun tidak akan tergesa-gesa menghukumi mereka, melainkan hanya sekedar mencari  tahu atau menanyakan pada diri kita sendiri tentang sebab-musababnya kemudian melakukan tindakan nyata demi kebaikan mereka. Misalnya: "Mengapa dia melakukan hal itu?", atau "Apa sebabnya dia mencuri?" dan sebagainya.

Pada saat-saat seperti inilah, yaitu ketika teman kita melakukan perbuatan yang tercela, kelebihan  dan kemampuan kita akan  terukur dan teruji. Apakah diri kita betul-betul memiliki kelebihan atau mungkinkah justeru sebaliknya? Kalau memang diri kita memiliki kelebihan tentulah akan melakukan sesuatu yang berguna untuk mereka, memberikan solusi terbaik bagi mereka, sehingga mereka  terhindar atau berhenti dari kebiasaan-kebiasaan buruknya. Sebaliknya, jika kita tidak mampu melakukan  sesuatu pun untuk mereka,  maka  berarti diri kita pun sebenarnya sama saja dengan mereka, yaitu sama-sama  tidak memiliki kemampuan untuk melakukan perbaikan. Oleh karena itu alangkah baiknya jika kita akui dengan setulus hati bahwa sesungguhnya diri kita ini tidak memiliki kelebihan atau kemampuan apa-apa, kecuali sedikit sekali. Dengan pengakuan semacam inilah kita akan bersikap hati-hati dan tidak mudah menyalahkan terhadap segala sesuatu yang dilakukan oleh orang lain yang kita anggap kurang baik.

(Bersambung ke : ANALOGI CINTA 3)

Tidak ada komentar: