Rabu, 12 Agustus 2009

Surat Yayah Holiyah

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dari Yayah Holiyah untuk kekasih Yayah Holiyah.

Tiada ucapan yang lebih baik diucapkan selain ucapan mohon maaf. Oleh karena itu, dengan setulus hati Yayah mohon maaf pada AA atas segala kesalahan dan kehilafan Yayah. Dan tiada harapan yang lebih menyenangkan hati selain harapan ketulusan AA untuk mendengarkan suara hati Yayah, yang hendak Yayah ungkapkan lewat buah pena Yayah berikut ini :

Sebutir biji rambutan, akan tumbuh sebatang pohon rambutan.
Sebutir biji durian, akan tumbuh sebatang pohon durian.
Sehingga tidak mungkin dari biji rambutan tumbuh sebatang pohon durian,
dan tidak mungkin pula dari biji durian tumbuh sebatang pohon rambutan.

Hati yang baik, akan mengeluarkan perkataan yang baik.
Hati yang tidak baik, akan mengeluarkan perkataan yang tidak baik.
Sehingga tidak mungkin hati yang baik,
mengeluarkan perkataan yang tidak baik,
dan tidak mungkin pula hati yang tidak baik,
mengeluarkan perkataan yang baik.

Jika hati yang tidak baik mengeluarkan perkataan yang baik,
maka nilainya tidak sama dengan perkataan yang baik,
yang keluar dari hati yang baik.
meskipun kalimat yang diucapkannya sama-sama baik

Apabila hati yang baik mengeluarkan perkataan yang tidak baik,
maka hal yang demikian itu adalah karena keterpaksaan,
sedangkan hati yang tidak baik bila mengucapkan perkataan yang tidak baik
maka hal yang demikian itu adalah karena keterbiasaan.

Perkataan yang baik yang keluar dari hati yang tidak baik
adalah membahayakan
Perkataan yang tidak baik yang keluar dari hati yang baik
adalah menyelamatkan

Kekasih Yayah ...  yang tersayang …!
(Bersambung)

Yayah Holiyah adalah seorang gadis cantik manis rupawan tetapi tidak pernah membangga-banggakan kecantikannya. Karena menurut pandangan Yayah Holiyah, bahwa kecantikan seseorang itu bukanlah untuk dibangga-banggakan melainkan untuk di syukuri. Dia adalah anak seorang bangsawan yang terpandang, tetapi kebangsawanannya tidak membuatnya lupa dan menyombongkan diri, karena menurut keyakinannya, bahwa harta dan kekayaan tidak akan berarti sama sekali bila tidak punya hati. Oleh karena itu, dia senantiasa menjaga lisan maupun tulisan dari perkataan-perkataan yang dianggap dapat menodai kesucian hatinya. Seperti kalimat “hati yang jahat, hati yang kasar, hati yang buruk, hati yang dengki, munafik” dan sebagainya. Sebagai gantinya dia menggunakan kalimat: “hati yang tidak baik” . dimana maknanya mencakup hati yang jahat, hati yang kasar, hati yang buruk, dan semua kalimat yang searti dengan itu. Yayah Holiyah tidak menggunakan kalimat-kalimat tersebut, khususnya dalam suratnya yang ditujukan kepada Ki Bandos, karena dianggap dapat menodai kesucian hatinya yang senantiasa terjaga dan terpelihara semenjak masa kanak-kanak hingga usia remaja berkat didikan dan bimbingan kedua orang tuanya.

Yayah Holiyah memiliki pandangan hidup bahwa baik buruknya suatu perbuatan maupun ucapan tergantung pada hatinya. Bila hatinya baik, maka perbuatan dan ucapannya pun akan baik pula, sebaliknya bila hatinya tidak baik maka segala tingkah laku dan perkataannya tidak baik pula. Sehingga, dalam pergaulan sehari-hari misalnya, dia sangat hati-hati dalam bertutur kata. Bila ada temannya yang mengucapkan kata-kata yang menyinggung perasaan atau menyakitkan hatinya, maka selalu di balas dengan sebuah kiasan dimana yang apabila dicerna justru akan menambah wawasan bagi orang yang dimaksud dengan perkataannya itu, misalnya "alangkah indahnya bila sang surya tersembunyi di balik awan yang megah". Dengan perkataannya ini, Yayah Holiyah bermaksud memberitahukan kepada temannya bahwa ucapannya sangat menyakitkan hatinya sebagaimana sengatan teriknya matahari di siang hari. Bila temannya tidak melakukan perubahan, melainkan tetap menghina secara berlebihan, maka kiasan tersebut akan diucapkan dengan mengganti kalimat "di balik awan yang megah" menjadi "di balik awan yang hitam kelam", sehingga berbunyi "alangkah indahnya bila sang surya tersembunyi di balik awan yang hitam kelam ", sebagai peringatan keras terhadap sikap temannya itu, di mana kalimat "awan yang hitam kelam" mengandung arti "hati yang hitam pekat".

Dan seperti kalimat “perkataan yang tidak baik”, maka yang dimaksud oleh Yayah Holiyah adalah semua perkataan yang dapat menyinggung perasaan hati orang lain. Misalnya perkataan yang mengandung unsur penghinaan, pelecehan, merendahkan derajat orang lain, merusak kehormatan dan nama baik seseorang, dan atau seperti kata-kata: anjing, kurang ajar, bohong, munafik, bodoh, dungu, penipu, jahat, dll. Kata-kata yang seperti ini selalu dihindari (tidak diucapkan) oleh Yayah Holiyah dalam pergaulannya sehari-hari baik di luar rumah maupun ketika berada di dalam rumah, karena menurut pandangan Yayah Holiyah bahwa kata-kata tersebut tidak sepantasnya diucapkan oleh orang-orang yang memiliki hati yang mulia.

Menurut pandangan Yayah Holiyah bahwa baik tidaknya sebuah perkataan tergantung pada hatinya, bukan pada kalimatnya. Sehingga, meskipun kalimatnya sama persis, tapi kalau hatinya berbeda yaitu hati yang baik dan hati yang tidak baik, maka nilainya tetap berbeda. Oleh karena itulah dia berkata kepada Ki Bandos : "Apabila hati yang tidak baik mengeluarkan perkataan yang baik, maka nilainya tidak sama dengan perkataan yang baik yang keluar dari hati yang baik, meskipun kalimat yang diucapkannya sama-sama baik". Misalnya kalimat "Allahu Akbar". Bila kalimat ini diucapkan oleh orang-orang yang beriman, maka dapat dipastikan mengandung nilai ibadah, sedangkan bila diucapkan oleh orang-orang yang munafik, maka dapat dipastikan tidak mengandung nilai ibadah, karena tidak berpahala, akibat kemunafikan atau kekafirannya.

Kemudian yang dimaksud dengan “Perkataan yang baik yang keluar dari hati yang tidak baik adalah membahayakan”, yaitu perkataan manis yang diucapkan, misalnya, oleh seorang penipu. Sedangkan yang dimaksud dengan “Perkataan yang tidak baik yang keluar dari hati yang baik adalah menyelamatkan”, ysitu misalnya perkataan seorang guru terhadap seorang siswa yang tidak mentaati tata tertib sekolah. Di mana betatapun pahitnya perkataan guru tersebut bilamana diindahkan tentulah sangat bermanfaat dan sangat berguna bagi siswa, misalnya tidak dikeluarkan dari sekolah, sehingga ia dapat melanjtukan belajar sampai tamat belajar, yang berarti menyelamatkan masa depan dirinya (siswa) sendiri.

Surat Yayah Holiyah sebagaimana tersebut di atas adalah merupakan surat pertama yang diberikan kepada Ki Bandos, yang dijadikan sebagai dasar pengakuan atas kesalahan dirinya sendiri terhadap Ki Bandos yang pernah dilakukannya pada tanggal 5 Oktober 1981 di Kota Cilegon Serang Banten. Dengan kata lain bukan untuk membela diri atau untuk membenarkan apa yang telah diucapkannnya. Karena, Yayah Holyah berpedoman bahwa mengakui kesalahan yang memiliki dasar adalah lebih baik daripada mengaku benar tapi tanpa dasar.Adapun kalimat atau bait yang dijadikan dasar pengakuan atas kesalahannya adalah :

Sebutir biji rambutan, akan tumbuh sebatang pohon rambutan.
Sebutir biji durian, akan tumbuh sebatang pohon durian.
Sehingga tidak mungkin dari biji rambutan tumbu sebatang pohon durian,
dan tidak mungkin pula dari biji durian tumbuh sebatang pohon rambutan.

Kalimat-kalimat tersebut dipahami oleh Yayah Holiyah bahwa jika ada dari biji rambutan tumbuh sebatang pohon durian atau dari biji durian tumbuh sebatang pohon rambutan, maka di situ dapat dipastikan telah terjadi sebuah rekayasa. Setiap rekayasa adalah mengandung unsur penipuan. Setiap penipuan sekecil apapun pasti salah. Kesalahan sekecil apapun harus diakui dan disadari. Bila tidak diakui akan beraibat tidak baik bagi diri sendiri. Oleh karena itulah Yayah Holiyah mengaku bersalah terhadap Ki Bandos dan minta maaf lahir bathin.

Untuk selanjutnya, Yayah Holiyah mengingatkan pada Ki Bandos supaya menilai tentang dirinya secara proposional, objektif, apa adanya, apakah dirinya termasuk seorang gadis yang berhati baik atau mungkinkah  justeru sebaliknya, dan apakah perkataan yang pernah diucapkannya itu dilakukan karena terpaksa atau memang sudah menjadi kebiasaan bagi dirinya? Oleh karena itulah ia berkata :

Apabila hati yang baik mengeluarkan perkataan yang tidak baik
maka hal yang demikian itu adalah karena keterpaksaan
sedangkan hati yang tidak baik bila mengucapkan perkataan yang tidak baik
maka hal yang demikian itu adalah karena keterbiasaan

Jika Ki Bandos menilai dirinya termasuk seorang gadis yang berhati baik dan apa yang dilakukan atau yang pernah diucapkannya adalah karena terpaksa misalnya, maka Yayah Holiyah pun mengingatkan pada Ki Bandos bahwa permintaan maaf pada dirinya itu bukan atas dasar karena keterpaksaan dalam melakukan suatu perbuatan atau ucapan, melainkan karena atas dasar kesadaran bahwa dirinya telah melakukan pelanggaran terhadap perinsip-perinsip hidupnya yang telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya. Hal ini diungkapkan dalam suratnya yaitu pada bait sebagai berikut :

Hati yang baik, akan mengeluarkan perktaan yang baik.
Hati yang tidak baik, akan mengeluarkan perkataan yang tidak baik.
Sehingga tidak mungkin hati yang baik ,
mengeluarkan perkataan yang tidak baik,
dan tidak mungkin pula hati yang tidak baik, 
mengeluarkan perkataan yang baik

Mengapa demikian? (Bersambung)

Tidak ada komentar: